Sabtu, 30 Oktober 2010

Memuja Tuhan Melalui Media: Arca, Gambar, Pratima, Upakara, Simbol Penghubung ke Alam Kosmis, Hyang Widhi




B. Memuja Tuhan Melalui Media: Arca, Gambar, Pratima, Upakara, Simbol Penghubung ke Alam Kosmis, Hyang Widhi

           Seseorang disamping memuja langsung hasil ciptaan-Nya, dalam mengungkapkan perasaan isi hati, baik berupa harapan, permohonan dan tujuan kepada-Nya, juga menggunakan nyasa/simbol-simbol tertentu. Bagi umat awam simbolisme mendapat tempat yang sangat penting dalam penghayatan, dalam proses pendekatan diri kepada Tuhan/Hyang Widhi. Simbolisme religius akan menghasilkan kreatifitas seni dan budaya yang religius pula. Benda-benda alam sebagai manifestasi perwujudan-Nya, yang disucikan, diupacarai, dan dipuja-puji, diyakini bisa menghasilkan nilai magis/gaib yang tidak bisa dipecahkan oleh akal sehat dari pikiran manusia.
           Para Maha Rsi Hindu zaman dahulu bersifat konsisten melakoni kehidupan wanaprasta, yaitu menjalani kehidupan dengan melepaskan keterikatan-keterikatan pemuasan jasmani dalam proses pencaharian jati diri terhadap Tuhan. Sehingga hasil perenungan para resi zaman dahulu, diwujud-nyatakan ke dalam bentuk seni dan diaplikasikan sifat dan fungsi Tuhan dalam bentuk; arca, gambar, pratima, upakara, bahasa, tari wali. Yang mempunyai nilai estetis, nilai simbolis, dan nilai spiritual. Seperti apa yang telah diwariskan oleh para leluhur kita terdahulu, misalnya; sifat dan fungsi Tuhan sebagai pembasmi kejahatan tampak tangan arca disimbolkan membawa kapak, fungsi Tuhan sebagai asal ilmu pengetahuan tampak tangan arca disimbolkan membawa lontar, sifat Tuhan sebagai penyejuk tampak tangan arca membawa sibuh (tempat tirta), serta diwujudkan dan digambarkan dengan banyak tangan sesuai fungsi dan kebesaran-Nya.
           Demikian pula simbol-simbol yang terdapat dalam upakara bebantenan misalnya; daksina lambang stana Ida Hyang Widhi/Tuhan. Sedangkan banten guru piduka adalah mengandung nilai permohonan maaf umatnya. Banten porosan yang terdiri dari pinang yang berwarna merah simbol Dewa Brahma, daun sirih yang berwarna hijau simbol Dewa Wisnu, dan kapur yang berwarna putih simbol Dewa Siwa. Dengan demikian alam semesta sebagai hasil ciptaan-Nya adalah sakti-Nya dari pada Tuhan. Melalui ajaran agama atau sekte dijabarkan tentang hakikat ketuhanan tersebut. Kata sekte/agama adalah kelompok orang yang mempunyai kepercayaan akan pandangan agama yang sama, yang berbeda dari pandangan agama yang lazim diterima oleh para penganut agama tersebut, misalnya: sekte siwa, sekte bhuda, sekte waisnawa, sekte sakta, sekte indra, sekte bhairawa, sekte surya dan lain-lain.Yang mempunyai jalan dan identitas diri masing-masing, yaitu; ada istadewata (dewa pujaan), ada kitab suci, tempat ibadah, orang-orang suci, hari-hari suci, sarana yang dipakai, dan ada pengikutnya.
           Dengan demikian seseorang yang ingin mengetahui hakikat dan kebesaran Tuhan ialah dengan jalan menjadi pengikut dari salah satu sekte/agama yang dianggap resmi oleh pemerintahan disaat itu yang diyakini menjadi penuntun dalam kehidupan ini. Dimana para Brahmana dari sekte tersebut dipercaya sebagai penerima wahyu atau sebagai penghubung dari alam niskala ke sekala begitu pun sebaliknya. Disamping sebagai pengajar dan menyebarkan agama Hindu dalam rangka pembinaan mental spiritual, juga peranan tokoh agama dalam bidang pemerintahan khususnya sebagai guru spiritual yang memberikan nasehat kepada raja, baik tentang ilmu pemerintahan, ilmu dialektika, ilmu tentang atman dan lain-lain

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More