Sabtu, 23 Oktober 2010

Raja - raja Bali Kuno

 Raja-Raja Bali Kuno Yang Berkuasa Di Bali Sebelum Ekpansi Majapahit Tahun 1343

Prasasti adalah ketetapan resmi yang dikeluarkan oleh para raja Bali Kuno. Prasasti menjelaskan tentang aturan yang telah disepakati bersama. Teks prasasti jarang menjelaskan tentang asal usul keturunan para raja itu. Karena tidak dijumpai secara pasti nama keturunannya, juga secara parsial terputus tahun prasasti yang dikeluarkan dari raja satu ke raja yang lain, maka menimbulkan berbagai macam penafsiran tentang kisah peristiwa apa yang telah terjadi dalam kehidupan mereka terdahulu. Adakah hubungan kekerabatan antara raja satu dengan raja sebelumnya, berapa lama mereka berkuasa, tahun berapa mereka meninggal dan dimana dicandikan? Adakah terjadi pengambilalihan kekuasaan secara paksa dari kerabat dekat raja maupun dari orang luar?

Sejarah pemerintahan raja-raja Bali Kuno, tidak ditemukan peralihan kekuasaan dengan cara paksa, dalam arti jika sang raja meninggal, tapuk pemerintahan akan digantikan oleh istri dan atau anaknya. Apabila sang anak masih kecil, belum cukup umur untuk berkuasa, maka akan digantikan oleh sang paman atau kerabat dekat raja yang lain. Apabila ‘buntu’ tak ada yang mau menggantikan, maka akan dipakai metode yang lain, melaui jalan ‘niskala’, dengan jalan minta petunjuk “nedunang ida bhatara” Hal seperti ini terlihat dalam teks Purana Pura Puseh Gaduh, Blahbatuh, dimana Sri Pasung Gerigis, seorang nyuklabrahmacari (tidak kawin seumur hidup), untuk mencari penggantinya sebagai orang suci di Pura Lempuyang, Gamongan, Karangasem.

Setelah terkumpul salinan naskah-naskah kuna itu, lalu kita telisik, prasasti satu dengan yang lain dirunut menurut angka tahun dan nama raja yang mengeluarkan prasasti itu. Kadang-kadang terlihat nama samar, dengan perkataan lain, beda nama tetapi orangnya satu, misalnya, antara Raja Sri Jayasakti, Sri Gnijaya Sakti, Sri Gnijaya dan Sri Ragajaya. Masa pemerintahan ke empat nama raja ini, menurut tahun Prasasti dan Purana, yang dikeluarkan berkisar tahun 1119–1177 Masehi. Dalam prasasti nama Sri Gnijaya Sakti dan Sri Gnijaya tidak muncul, jadi tidak ada prasasti yang dikeluarkan, sebagaimana umumnya raja raja yang lain. Begitu pula dengan raja Sri Ragajaya, hanya mengeluarkan satu prasasti yang disebut Prasasti Tejakula, tahun Isaka 1077/1155 Masehi. Sedangkan Raja Sri Jayasakti mengeluarkan prasasti terakhir pada tahun Isaka 1072/1150 Masehi, yang disebut Prasasti Sading Kapal. (Poeger, 1964:105). Tetapi dalam naskah Purana Bali Dwipa, Piagem Dukuh Gamongan, Prasasti Pura Puseh, Sading, Kapal, Purana Pura Batu Karu, Purana Pura Pucak Bukit Gede, dan beberapa naskah lainnya, akan terlihat jelas kisah kehidupan para raja Bali Kuna itu.

Teks Piagem Dukuh Gamongan dan Prasasti Pura Puseh Sading, Kapal, nama raja Sri Jayasakti identik dengan Sri Gnijaya Sakti, begitu juga putranya diberi nama sama dengan ayah kandung Sri Gnijaya juga (tanpa ident sakti di belakang namanya). Sedangkan nama Sri Ragajaya tidak muncul dalam purana manapun, Dalam kamus Jawa Kuna (Zoetmulder, 1994:899), kata raga artinya warna merah, Warna merah identik dengan warna Api atau Gni. Dari analisis ini raja Sri Ragajaya adalah nama lain dari Sri Gnijaya, raja ini banyak menjadi titik awal dalam penulisan piagem, purana, babad, prakempa, pamancangah lainnya yang ada di Bali masa kini.

Demikian pula setelah Raja Sri Aji Hungsu berkuasa muncul nama Sri Walaprabhu yang menggantikannya. Raja Walaprabhu mengeluarkan tiga prasasti yang disebut prasasti Babahan, Klandis, Babi A, menjadi raja Bali tahun 1079–1088 Masehi (Semadi Astra, 1977:21).
Dalam purana, raja Sri Walaprabhu tidak muncul nama itu, yang muncul menggantikan Sri Aji Hungsu adalah Sri Sakalindu Kirana, anak dari Sri Aji Hungsu yang beribu bangsawan. Hanya satu prasasti yang dikeluarkan raja Sri Sakalindu Kirana yang disebut prasasti Pengotan, Isaka 1010/1088 Masehi. Padahal dalam Purana Bali Dwipa, Purana Pura Pucak Bukit Gede, raja Sri Sakalindu Kirana berkuasa selama 20 tahun dan digantikan oleh adiknya Sri Suradipa yang berkuasa selama 15 tahun.

Dengan demikian Walaprabhu diperkirakan seorang janda yang menjadi raja, kemungkinan setelah Sri Aji Hungsu meninggal, kemudian tapuk pemerintahan diganti oleh sang permaisuri yang seorang janda, maka disebut Waluprabu. Atau analisis lain, dalam Kamus Jawa Kuna, kata walaprabhu berasal dari bahasa sanskerta, dari urat kata wala dan prabhu, Wala artinya muda, kekanakan, tidak tumbuh atau belum berkembang penuh, muncul baru, tolol, junior. Prabhu artinya raja, Jadi walaprabhu artinya raja muda, raja junior. Dengan demikian setelah Sri Aji Hungsu meninggal tapuk pemerintahan digantikan oleh permaisuri bersama putri mahkota yang masih kecil, bersama-sama menjadi penguasa Bali pada era itu.

Tetapi kebalikkan dari purana ini yaitu dalam prasasti yang dikeluarkan oleh Sri Aji Hungsu selalu menyebutkan, paduka haji anak wungsu kalih bhatari lumah ing burwan, bhatara lumah ing banu wka, artinya, raja Sri Aji Hungsu setiap mengeluarkan prasasti selalu mencantumkan almarhumah ibunya yang dicandikan di Buruwan, dan almarhumah ayah yang dicandikan di Banyu Wka. Sedangkan dalam purana tidak muncul nama Sri Aji Hungsu mengatasnamakan almarhum kedua orangtuanya yang dikebumikan di Bhurwan dan Banu Wka. Yang dicandikan di Buruwan adalah Ibunda Sri Mahendradatta dan di Banu Wka (Gunung Kawi) dicandikan ayahnda yaitu Sri Udayana.

Demikian pula dengan nama raja Sri Ajnadewi yang berkuasa setelah Sri Udayana. Hanya satu prasasti dikeluarkan oleh raja Sri Ajnadewi yang disebut prasasti Sembiran, tahun Isaka 938/1016 Masehi. Pertanyaannya siapakah Sri Ajnadewi? Di dalam Purana Bali Dwipa, Sri Udayana meninggal dunia Isaka 940/1018 Masehi, dicandikan di Banu Wka. Sri Ajnadewi tidak muncul dalam purana mana pun. Begitu pula dalam teks Purana Bali Dwipa, tertulis Sri Marakata berkuasa bersama-sama ibunya sebagai penguasa Bali pada era itu.

Sedangkan dalam prasasti yang dikeluarkan tidak kelihatan bahwa raja Sri Marakata berkuasa bersama ibunya. Kalau boleh diartikan secara bebas, Sang Ajnadewi artinya seorang dewi yang mahir dalam bidang ilmu waskita. Dalam dongeng serat calonarang yang ada di Bali, permaisuri Sri Udayana yang bernama Sri Mahendratta Gunaprya Dharmapatni sering dihubungkan ahli dalam ilmu mistis. Raja ini dimakamkan di Buruwan, dikuburanya terlukis arca Durga Mahisasura Wardhini. Arca ini menguatkan dugaan orang bahwa Mahendradatta sebagai penganut ajaran-ajaran ilmu gaib dan Dewi Durgalah yang menganugrahinya kesaktian. Jadi Sri Ajnadewi nama lain dari Sri Mahendratta Gunapriya Dharmapatni.

Begitu pula dengan nama Sri Taruna Jaya identik dengan Sri Jayasunu. Catatan prasasti tembaga di Banjar Srokodan, Perbekel Abuan, Susut, Bangli, dialih aksara dan diterjemahkan oleh Putu Budiastra, disebut prasasti Srokodan (Bhatara Guru), satu-satunya prasasti yang dikeluarkan oleh Sri Taruna Jaya, tahun Isaka 1246/1324 Masehi untuk desa Hyang Putih dan sekitarnya.

Tetapi dalam Piagem Dukuh Gamongan, Sri Dewa Lencana menurunkan putra Sri Taruna Jaya. Tidak muncul Sri Taruna Jaya menurunkan putra buncing (kembar laki perempuan) Sri Masula dan Sri Masuli (Prabhu buncing). Dalam Purana Bali Dwipa muncul Sri Jayasunu mempunyai putra buncing bernama Sri Masula dan Sri Masuli menjadi raja Bali tahun 1324 Masehi. Sri Jayasunu satupun tidak mengeluarkan prasasti sebagai mana raja yang lain. Sedangkan dalam salinan lontar Aji Murti Siwasasana ning Bwana Rwa, milik Desa Pakraman Gamongan, muncul nama Sri Jayasunu yang mengeluarkan pedoman itu disaat rapat besar di Majapahit. Dan beberapa purana lain muncul nama Sri Jayasunu yang menjadi pedoman awal dalam penulisan.

Salinan lontar Aji Murti Siwa Sasana dan Purana Bali Dwipa tersebut diatas tidak secara tegas tahun berapa naskah itu ditulis, siapa yang dimaksud dengan Sri Jayasunu? Siapakah orang tua Sri Jayasunu? Kamus Jawa Kuna, oleh P.J. Zoetmulder (1994:1147), sunu artinya putra, anak, keturunan. Jadi Sri Jayasunu artinya raja keturunan Jaya. Tidak terdapatnya prasasti-prasasti Bali yang dikeluarkan oleh raja Sri Jayasunu, membuat kekaburan perjalanan sejarah keturunan raja-raja Bali Kuno. Yang dimaksud keturunan Jayasunu (turunan jaya) disini adalah turunan dari Sri Jayasakti nama lain Sri Gnijaya Sakti yang menjadi raja Bali pada tahun Isaka 1041/1119 Masehi, yang menurunkan 5 putra. Putra ke dua dari Sri Jaya Sakti bernama Sri Maha Sidhimantradewa, menurunkan putra bernama Sri Dewa Lencana, menurunkan putra Sri Taruna Jaya. Dengan demikian Sri Taruna Jaya adalah turunan Jaya juga, tiga generasi setelah Sri Jaya Sakti. Dari analisis ini Sri Jayasunu adalah turunan Jaya versi purana, identik dengan Sri Taruna Jaya turunan Jaya versi Prasasti Srokodan dan Piagem Dukuh Gamongan. Demikian juga dengan putra dari Sri Jayasunu yaitu Sri Masula-Sri Masuli, dalam prasasti satu pun tidak ada disebutkan atas nama Sri Masula-Sri Masuli, dalam purana Bali Dwipa setelah menjadi raja beliau disebut Bhatara Mahaguru Dharma Hutungga Warmmadewa.

Demikian juga dengan Sri Kbo Iwa dan Sri Karang Buncing. Dalam mitologi yang dikenal masyarakat Bali hingga kini, Kebo Iwa adalah seorang patih sakti pada masa akhir Bali Kuno. Ia digambarkan seorang lelaki bertubuh besar, tinggi, gagah perkasa serta sakti. Kebo Iwa disebut-sebut bertempat tinggal di Blahbatuh, sebelah baratdaya kota Gianyar. Selain sebagai patih sakti, Kebo Iwa dikenal juga sebagai seorang arsitek (undagi). Banyak bangunan-bangunan kuno sebagai hasil karyanya. Tetapi dalam prasasti yang dikeluarkan Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten, satu pun tidak muncul nama Kebo Iwa sebagai mahapatih kerajaan Badhahulu dan kisah kehidupannya.

Secara administratif, dalam Prasasti Langgahan, Isaka 1259/1337 Masehi, yang dikeluarkan oleh Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten, terdapat beberapa senapati (mahapatih) kerajaan yang menyaksikan dikeluarkannya prasasti dikala itu, antara lain, senapati kuturan makakasir mabasa sinom (sang mahapatih di wilayah kuturan bernama makakasir mabasa sinom), sang senapati sarbwa makakasir candri lengis, sang senapati wrasanten makakasir jagatrang, sang senapati dinganga makakasir gagak lpas, dan beberapa senapati lainnya.

Kebo Iwa hanyalah sebagai penjaga pos keamanan untuk daerah Batahanar dan Blahbatuh, Ki Tambyak penjaga pos keamanan di Jimbaran, Ki Bwahan di Batur, Si Tunjung Tutur di Tenganan, Ki Pasung Grigis di Tengkulak, serta para ksatria lainnya yang menyebar di jagat Bali. Sedangkan dalam purana, prakempa, babad, pamancangah, lainnya Kbo Iwa adalah mahapatih kerajaan Badhahulu. Sedangkan dalam Purana Pura Luhur Pucak Padang Dawa, Kebo Iwa diberi sebutan bhatara amurbeng rat, dewa gede kebo iwa, bhatara gede sakti, bhatara guru, dan sebagainya.

Demikian juga dengan Sri Karang Buncing, karena nyineb wangsa (menutup asal usul), sehingga dalam kehidupan sosial di masyarakat ada menyebut, arya karang buncing, gusti karang buncing, prabali karang buncing, pasek karang buncing, sri arya karang buncing, karang gaduh, bendesa karang buncing, arya kedi dan soroh karang, lainnya.

Sekilas dapat disimpulkan, bila penulisan awal sejarah Bali hanya bersumber dari prasasti prasasti yang dikeluarkan oleh raja yang bersangkutan, akan terlihat mereka berkuasa sangat pendek, ini terlihat berdasarkan awal dan akhir tahun prasasti yang dikeluarkan. Dalam prasasti tidak tertulis hubungan kekerabatan raja satu dengan raja yang lainnya, dan tidak kelihatan kisah kehidupan mereka. Sedangkan dalam purana kadang-kadang mereka berkuasa melebihi dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan, serta asal asul dan kisah peristiwa yang terjadi kepadanya sangat jelas. Sedangkan apabila hanya purana, piagem, babad, prakempa, pemancangah yang dipakai pedoman dalam penulisan awal sejarah Bali tanpa didukung data sejarah yang dikeluarkan pada zaman orangnya sendiri maka teks itu akan mengambang dalam arti masih diragukan kebenarannya. Hanya orang-orang penting yang berkuasa pada zamannya akan tercatat dalam buku sejarah Bali.

Sri Kbo Iwa dan Sri Karang Buncing banyak mempunyai nama samar, tergantung masyarakat hendak menggambarkan beliau itu dari sisi yang mana, apakah kisah kehidupannya mau dimitoskan, dilecehkan, dipolitisir, dibudayakan, disucikan, atau dihilangkan dan sebagainya, tentunya akan berdampak mendoktrin pikiran generasi selanjutnya tentang perjalanan sejarah Bali.

Runutan nama raja yang berkuasa di Bali, bersumber dari Prasasti, Purana, Piagem, Babad, Prakempa dan Pamancangah lainnya, berikut:
1)      Sri Kesari Warmmadewa (isaka 804-835)
2)      Sri Ugrasena (isaka 837-858).
3)      Sri Haji Tabanendra Warmmadewa (877-889).
4)      Sri Jaya Singa Warmmadewa (isaka 892).
5)      Sri Janasadhu Warmmadewa (isaka 897).
6)      Sri Maharaja Cri Wijaya Mahadewi (isaka 905).
7)      Sri Dharmodayana + Mahendradata (isaka 911-933).
8)      Sri Sang Ajnadewi (isaka 938).
9)      Sri Wardana Marakata (isaka 944-948).
10)  Sri Haji Hungsu (isaka 971-999).
11)  Sri Walaprabu (isaka 1001-1010).
12)  Sri Sakalindu Kirana (isaka 1010-1023).
13)  Sri Suradhipa (isaka 1037-1041).
14)  Sri Jayasakti (isaka 1055-1072).
15)  Sri Gnijaya (isaka 1072-1077).
16)  Sri Ragajaya (isaka 1077-1099).
17)  Sri Maharaja Haji Jayapangus (isaka 1099-1103).
18)  Sri Hekajaya Lancana (isaka 1103-1122).
19)  Sri Adi Kuti Ketana (isaka 1122-1126).
20)  Sri Adi Dewa Lancana (isaka 1126-).
21)  Sri Indra Cakru (isaka 1172).
22)  Pasukan Kertanegara (1206-1214).
23)  Rajapatih Sri Jaya Katong (isaka 1214-1218).
24)  Sri Taruna Jaya (isaka 1226).
25)  Sri Masula-Masuli (isaka1246-1250).
26)  Sri Astasura Ratna Bumi Banten (isaka 1259-1265).
27)  Expansi Majapahit (isaka 1265/1343 M).
28)  Kyayi Agung Pasek Gelgel (isaka 1265-1272).
29)  Dalem Samprangan (isaka 1272).
30)  Dalem Gelgel/Sri Kresna Kepakisan (isaka1302).
31)  Dalem Waturenggong (isaka 1382).

40 komentar:

yoi Guru ,, sama copas dan di copas ,,,xixixi

Om Swastyastu.
ijin copas
Suksma.

Om Swastyastu, semeton sane jagi mengcopas durusan klik Pasemetonan Sri Karang Buncing Kuta- Jimbaran, dalam catatan. Ring web niki meweh copas harus ijin dari pemilik dapur Mank adie ,,, tolong dagingin malih hidangan niki, anggen ttyang gagamelan ring kulawarga ,, suksam

Om Suastiastu semeton sareng sami,
Artikel ini sangat bagus dan mengulas dari sisi sejarah, raja2 bali kuna, saya sangat suka mempelajari dan membaca sejarah bali kuna, untuk itu kalo boleh tyang sarankan untuk lebih mudah dalam penyajian perlu ditambahkan hal-hal sebagai berikut:
1. setiap nama raja yang berkuasa langsung diisi sub judul dengan tahun berkuasanya, kemudian baru diuraikan apa2 saja prasasti dan isinya yang ada didalamnya
2.perlu bagian ulasan yang lain tentang pura yang dimunculkan dalam prasasti, sehingga lebih bisa ditelusuri sejak kapan pura itu sudah dibangun dan apa saja isi prasasti yang ada di pura (berdasarkan prasasti yang dikeluarkan oleh raja2 tersebut) hal ini juga banyak warga/ semeton tidak tau kapan puranya di bangun dan apa isi prasasti yang disungsung
cuma itu sekedar usul dari saya, semoga web ini berkembang dan semakin banyak orang bali khususnya yang baca sehingga tau asal usulnya...... rahayu

suksma pak Nengah antuk sarannya, tulisan diatas hanya draf saja sebelum dijadikan buku ,, ada beberapa yg belom masuk didalamnya, hasil final ada di kolom "Buku" atas ,, maunya sih dilengkapi nama istri raja dan isi prasasti dll ,, tapi editor katanya tak ada relevansinya ,, ttyg nak wawu melajah menulis mudah2an yg akan datang lebih lengkap lagi ,,, rahayu

pagi, disini anda meminorkan bahkan tidak menyakini adanya pasek sebagai suatu soroh nah kenapa masih memasukakan Kyayi Agung Pasek Gelgel (isaka 1265-1272).pada nomer 28 sebagai raja di bali, apa maksud anda ?

Pasek itu bukan nama orang ,, pasek artinya paek = parekaan = masyarakat .. ada dua faksi yaitu pasek yg masih loyal dgn kerajaan bali mula dan pasek yg loyal dgn kerajaan gelgel ,,, ada dua data yg datang ke jawa menghadap untuk meminta pemimpin di bali pasca masuknya arya majapahit ,, yaitu Dukuh Sagening dan Kiayi agung pasek gelgel ,, yg mana anda mau pakai ?? Kawitan harus nama orang/ leluhur bukan nama klompok tugas, ,, pande pasek, bendesa, dukuh , kubayan, juru bahu senapati dll ,, adalah nama klompok tugas ,, pande siapa saja boleh melakukan pekerjaan memande ,, bendesa siapa saja boleh jadi bendesa dll ,, (Made Bawa)

Runutan nama raja yang berkuasa di Bali, bersumber dari Prasasti, Purana, Piagem, Babad, Prakempa dan Pamancangah lainnya, berikut:
1) Sri Kesari Warmmadewa (isaka 804-835)
2) Sri Ugrasena (isaka 837-858).
3) Sri Haji Tabanendra Warmmadewa (877-889).
4) Sri Jaya Singa Warmmadewa (isaka 892).
5) Sri Janasadhu Warmmadewa (isaka 897).
6) Sri Maharaja Cri Wijaya Mahadewi (isaka 905).
7) Sri Dharmodayana + Mahendradata (isaka 911-933).
8) Sri Sang Ajnadewi (isaka 938).
9) Sri Wardana Marakata (isaka 944-948).
10) Sri Haji Hungsu (isaka 971-999).
11) Sri Walaprabu (isaka 1001-1010).
12) Sri Sakalindu Kirana (isaka 1010-1023).
13) Sri Suradhipa (isaka 1037-1041).
14) Sri Jayasakti (isaka 1055-1072).
15) Sri Gnijaya (isaka 1072-1077).
16) Sri Ragajaya (isaka 1077-1099).
17) Sri Maharaja Haji Jayapangus (isaka 1099-1103).
18) Sri Hekajaya Lancana (isaka 1103-1122).
19) Sri Adi Kuti Ketana (isaka 1122-1126).
20) Sri Adi Dewa Lancana (isaka 1126-).
21) Sri Indra Cakru (isaka 1172).
22) Pasukan Kertanegara (1206-1214).
23) Rajapatih Sri Jaya Katong (isaka 1214-1218).
24) Sri Taruna Jaya (isaka 1226).
25) Sri Masula-Masuli (isaka1246-1250).
26) Sri Astasura Ratna Bumi Banten (isaka 1259-1265).
27) Expansi Majapahit (isaka 1265/1343 M).
28) Kyayi Agung Pasek Gelgel (isaka 1265-1272).
29) Dalem Samprangan (isaka 1272).
30) Dalem Gelgel/Sri Kresna Kepakisan (isaka1302).
31) Dalem Waturenggong (isaka 1382).

ini jawaban anda nyaplir, yg saya tanyakan tentang penjelasan anda tentang pasek bukan nama orang / soroh /leluhur , di nomer 28 tersebut anda menyebutkan sebagai raja,,,,,,,, penjelasannya apa?????

ini kan anda yang menulis, sebagai narasumber yang baik dan yakin akan data dimiliki jangan lah melukai perasaan dan keyakinan kami, anda terlau PD... sekarang tolong dijelaskan kenapa anda memasukkan nama pasek di nomer 28??? sebagai raja . gamungkinkan raja itu kelompok....

itu kan babad ,,, yg sy jawab ada dua versi yg wkil bali pergi ke jawa salah satunya Dukuh Sagening dan kiayi agung Pasek gelgel ,, PASEK artinya Paek, Parekan orang biasa yg mewakili bali untuk pergi ke jawa , ,, tetapi sujatinya tidak ada bali diserang oleh para arya majapahit membaw ribuan pasukan ,, jika majapahit menyerang bali scr besar2an dgn ribuan pasukan dan bali kalah lalu sisa tentara majapahit yg masih hidup dan menetap di bali masuk soroh / klen apa mereka sekarang ini dan dimana kawitannya ??? Bila terjadi pertempuran bali majapahit tentu ada yg tewas ,, pertanyaanya dimanakah kuburn massalnya atau monumen sbg lambang untuk mengenang jasa2 mereka ?? yg selama ini hanya para arya yg tertulis jelas sedangkan prajurit mereka tak ada yg tahu ,,, pasek = paek = parek = masyarakat umum
nama kawitan harus nama orang mas brow ,, bukan nama jabatan seperti bendesa, kubayan, pande, juru alas dll ,, (made bawa)

penyerangan Bali oleh Majapahit BUKAN melalui pertempuran secara besar-besaran, dari kekuasaan Dalem Sagening sampai Dalem Baturenggong masyarakat Bali masih waspada dan menungu komando dari Ki Pasung Giri yang menjadi andalan Bali setelah wafatnya Kebo Iwa di Jawa. Para Arya Majapahit mempunyai upaya mempengaruhi rakyat Bali dengan mendekati Ki Pasung Giri dan berhasil, terjadi kesepakatan untuk mengangkat adiknya yang kedua bernama Sri Giri Ularan (Gusti Ularan) menjadi mahapatih Agung di kerajaan Dalem Baturenggong. Pengangkatan putra Sri Rigis dari Desa Gamongan ini untuk meredam kemarahan masyarakat Bali, paska transisi pemerintahan Bali ke Jawa.

Para Arya Majapahit melakukan pendekatan kepada tetua lokal Bali melalui utusan yang telah direkrut untuk disampaikan ke desa-desa yang disebut Pasek yang artinya paek, parek (orang biasa) yaitu masyarakat Bali yang dekat dengan penguasa, dalam Buku Custodians of the Sacred Mountains (Thomas Reuter, 2005 : 268) penyunting Drs. I Nyoman Dharma Putra disebutkan Pasek ada dua faksi yaitu Pasek yang loyal terhadap Kerajaan Gelgel dan Pasek yang loyal dengan Bali Mula. Pasek yang masih loyal dengan Bali Mula yang berpusat di Blahbatuh (Pura Gaduh). Pemujaan Kawitan semestinya nama leluhur (nama orang) yang pernah hidup pada zamannya dan mempunyai jasa untuk dikenang masa kini. Bendesa, Penyarikan, Kubayan, Pande, Dukuh, Juru Alas, Senapati dan lainnya adalah nama kelompok pekerjaan/ tugas yang diemban, bukan nama orang (kawitan).

Dengan pengangkatan tetua lokal menjadikan mereka sebagai penguasa di wilayah masing-masing, diangkat sebagai bendesa untuk desanya masing-masing, Kemudian wilayah Jimbaran setelah wafatnya Ki Tambyak seperti yang tertulis dalam Piagem Dukuh Gamongan halaman 17b -18a, diceritakan treh Sri Karang Buncing, di zaman pemerintahan Sri Kresna Kepakisan Baturenggong, menganugrahkan kepada Bandesa Karang Buncing Kuta, sebagai pucuk pimpinan mewilayahi sampai di Jimbaran, serta Bandesa Silabumi, Bandesa Seraya, Bandesa Sege, Bandesa Garbawana, Bandesa Ujung, Bandesa Tumbu, Bandesa Bugbug, Bandesa Asak, Bandesa Timrah, Bandesa Prasi, Bandesa Subagan, juga Bandesa Sibetan, memang keturunan Karang Buncing, merupakan wakil dari Kerajaan Batahanar (Badhahulu).
Kesepakatan yang telah dibangun oleh Dalem Baturenggong terhadap kerajaan Batahanar dengan mengangkat treh Karang Buncing sebagai Bendesa Kuta yang mewilayahi sampai di Jimbaran. Pengangkatan tetua lokal Bali untuk meredam gejolak ketidakpastian tetang Kebo Iwa di Jawa, yang sebelumnya rakyat Bali mengetahui Kebo Iwa mendapat undangan oleh Gajah Mada untuk dijodohkan dengan putri Majapahit. Rakyat Bali pun masih menunggu dan menunggu kepastian yang terjadi padanya. Entah apa jawaban para Arya bila rakyat Bali menanyakan tentang Kebo Iwa pergi ke Jawa. Dengan ditunjuknya tetua lokal sudah tentu masyarakat manut-manut dengan orang yang di tuakan karena ngekoh jak nak odah.
Peralihan kekuasaan dengan mendekati tetua lokal, pelan tapi pasti seluruh rakyat Bali pun dapat dikuasai, walaupun dengan waktu yang lama, puncaknya pada zaman Dalem Baturenggong, seluruh penyatuan sipirit penguasa Bali dan Jawa berpusat di Pura Besakih. (debawa)

nanti edisi ke 3 akan kami hapus kiayi pasek gelgel diganti menjadi dukuh sgening sesuai dalam babad dalem sagening

dukuh itu nama orang ya?

dukuh bukan nama orang ,, dukuh adalah jabatan seorang pendeta bali kuno yg dberikan oleh danghyang nirartta kepada keturunan raja sri jaya sakti di gamongan karangasem yg kala itu mengurus bagian parahyangan jagat bali ,, mungkinkah jabatan dukuh/ gelar pendeta diberikan kpd orang biasa ,, yg nantinya sebagai bagawanta kerajaan ?? ,, pada jaman dahulu persebaran keturunan dukuh gamongan ke desa2 di bali menjadi nama Desa ,, sekarang gelar dukuh diberikan oleh aguron guron ,, jika nabe napak dukuh maka sisya nya setelah madiksa diberi gelar dukuh ,,

dukuh bukan nama orang ,, dukuh adalah jabatan seorang pendeta bali kuno yg dberikan oleh danghyang nirartta kepada keturunan raja sri jaya sakti di gamongan karangasem yg kala itu mengurus bagian parahyangan jagat bali ,, mungkinkah jabatan dukuh/ gelar pendeta diberikan kpd orang biasa ,, yg nantinya sebagai bagawanta kerajaan ?? ,, pada jaman dahulu persebaran keturunan dukuh gamongan ke desa2 di bali menjadi nama Desa ,, sekarang gelar dukuh diberikan oleh aguron guron ,, jika nabe napak dukuh maka sisya nya setelah madiksa diberi gelar dukuh ,,

pasek = paek = parekan ? , teori ini dari mana ? apakah dari pelajaran UNHI ?

lalu karang buncing itu apa ?

sekedar info didesa panglipuran ada namanya karang memadu, yaitu tempat mengucilkan orang yang berpoligami.

karang buncing = ?

nama orang ? kalau ya menurut anda maka ini sedikit cerita

orang yang lahir buncing harus ditelutugkan, di haruskan tinggal di areal pekuburan selama waktu tertentu karena dianggap leteh,(untung ada peristiwa yang menggemparkan karena kegiatan penelutugan ini dianggap melanggar hak asasi sehingga menjadi pemberitaan koran koraan lokal beberapa waktu lalu)

karangbuncing = ... ? areal pengucilan orang orang leteh karena lahir buncing ?

orang lahir buncing yang dianggap tidak leteh tapi malah sebaliknya memberi kemakmuran hanyalah bila dia adalah anak raja (sri masula masuli).

2 . pasung gerigis = ...?

- pasung adalah belenggu kayu untuk mengikat kaki orang gila dan membahayakan,
-gerigis = adalah lerengan lerengan curam dipegunungan berhutan

jadi pasung gerigis = ... ?

orang yang tidak boleh berkeliaran bebas karena gila atau berbahaya ?

kedua nama itu menyiratkan makna tempat/areal / alat penghukuman
.

kalau saudara made bawa mau sedikit jujur dengan memainkan otak atik kata kata tolong tunjukkkan pencerahannya melalui otak atik asal kata tentang hal ini

siapa/apa karang buncing .. ?
siapa/apa pasung gerigis/pasung giri dll

lalu ki kopang

kopang adalah cangkul bermata satu (untung bahasa bali belum punah)

walung singkal

singkal adalah mata alat pembajak tanah (untung juga bahasa bali belum sepenuhnya punah )

dan raja yang kalah apakah namanya masih raja ?

apa namanya mereka atau seuatu yang telah dikalahkan ?


mohon kejujurannya dari hati yang paling dalam .

Untuk kata pasek ada literatur babad yang mengartikan pejabat.. Kata pasek atau pacek diartikan hampir sama dengan kata pasak dalam bahasa Indonesia atau lait dalam bahasa Bali, dalam kerajaan di Bali yaitu orang yang ditunjuk untuk jabatan tertentu...

Om Swastyastu pk Kadek Rasmana ,, anda harus ingat ada 5 data acuan dalam penulisan awal sejarah Bali yaitu Prasasti, Purana, Piagem Prakempa dan Babad ,, semua mempunyai nilai berbeda ,, prasasti adalah aturan resmi pemerintahan yg keluar pada zamannya ,, misalnya raja ri Sakhalindu mengeluarkan prasasti yg disebut prasasti Pengotan th isaka 1010 ,disana tertulis hari bulan tahun nama raja nama pemerintahan bawahannya nama pendeta nama tetua desa peruntukan dll begitupun raja bali yg lainnya keluar prasasti pada zamannya ,, sedangkan Babad ditulis setelah zamannya bisa ratusan tahun bahkan bisa ribuan tahun berlalu baru ditulis yg tentu akurasi kebenaran tidak pas ,,karena ditulis setelah zamannya ,, coba cek kolom BUKU kiri atas Bab II antara Purana dan Prasasti nyambung pada kolom kawa [rasasti2 yg dikeluarkan oleh raja pada zamannya ,,

kata Pasek dalam prasasti raja2 bali kuno tidak tercantum kata Pasek itu ,, kata pasek muncul dalam babad yg ditulis belakangan karena dlm Babad tidak tertulis zman siapa oleh siapa dan untuk siapa ,, mengenai perbedaan antara 5 data tsb dalam kolom Buku kiri atas dalam kolom Prakata penulis ,, dan buku ini sudah dibedah olh kajian budaya UNUD ,, silah klik kolom MAKALAH ,,

mengenai Karang Buncing artinya lahir laki dan perempuan dalam satu kandungan setelah dewasa dinikahkan seperti raja Masula Masuli,seelah jadi raja disebut Hutungga Warmadewa ,, beditupun dgn sri karang buncing setelah dewasa dinikahkan dan lahir Kebo Iwa dan adik nya Buncing juga disebu Sri Karang Buncing ,, dlm Lontar Batur Kalawasan hanya keluarga raja yg boleh menikahkan anaknya lahir buncing sedangkan rakyat biasa dilarang ,,

untuk jelasnya KLIK KOLOM BUKU Atas kiri ,,

Pasung Gerigis berbeda dgn Pasung Giri ,, pasung grigis tidak nikah seumur hidup lalu di angkap keponakannya Sri Rigis yg menurunkan 3 putra yaitu Sri Pasung Giri, Sri Giri Ularan dan Sri Katon Jaya ,,

nama keluarga akan berganti nama setelah menjadi raja sesuai gelar yg diberikan oleh kerajaan dan begitu pun setelah hidup suci nama kerajaan akan berganti setelah hidup suci ,, misalnya SriBatu Ireng setelah jadi raja menjadi Sri Astasuraratna Bumi Banten ,, Sri indra cakru setelah hidup suci menjadi Sri Sidimantra, ,, Raja Patih Kebo Parud setelah hidupsuci menjadi Sri Jaya Katong ,, Sri Jaya sunu setelah jadi raja menjadi Sri Taruna jaya ,,Raja Sri Jayasakti setelah hidup suci di lempuyang disebut Sri Gnijaya sakti dll ,,

Kata Pasek hanya muncul dalam babad ,, tidak muncul dalam Purana maupun dalam Prasasti raja2 bali kuno ,,

Pasek itu artinya Masyarakat ,,coba cek Buku Custodians of the Sacred Mountains (Thomas Reuter, 2005 : 268) penyunting Drs. I Nyoman Dharma Putra disebutkan Pasek ada dua faksi yaitu Pasek yang loyal terhadap Kerajaan Gelgel dan Pasek yang loyal dengan Bali Mula. Pasek yang masih loyal dengan Bali Mula yang berpusat di Blahbatuh (Pura Gaduh). Pemujaan Kawitan semestinya nama leluhur (nama orang) yang pernah hidup pada zamannya dan mempunyai jasa untuk dikenang masa kini. Bendesa, Penyarikan, Kubayan, Pande, Dukuh, Juru Alas, Senapati dan lainnya adalah nama kelompok pekerjaan/ tugas yang diemban, bukan nama orang (kawitan).

sy sekarang bertanya kepada pk Kadek Rasmana apakah bapak percaya para arya majapahit menyerang bali dgn membawa ribuan pasukan ???

Bila YA para arya menyerang bali dipimpin gajah mada dari tiga arah dan bali kalah lalu pertanyaanya sisa tentara majapahit yg masih hidup masuk SOROH apa mereka dan dimana kawitannya ,, yg selama ini hanya tertulis para arya yg jumlahnya 14 orang,, ,, jika terjadi pertempuran dari kedua belah pihak lalu dimana kuburan massal tentara majapahit dan tentara bali itu atau monumen kemenangan untuk mengenang jasa prajurit mjpahit itu ?? BABAD ,,kebenaran nomor 5 dalam penulisan sejarah ,,silahkan dijawab pk ,,

karang = artinya tempat
buncing = manak salah

prasasti yang ditulis oleh siapa dan entah kapan, menggunakan angka tahun yang entah benar atau tidak, tentu kebenaranya tidak dapat dipastikan.

tapi sesuatu yang ada sampai sekarang, yang terjadi disekitar kita sekarang, menurut saudara mana yag lebih valid?

KARANG BUNCING VERSI BABAD NOMOR 5
KARANG BUNCING VERSI PRASASTI SAMAR SAMAR.

JADI KARANG BUNCING VERSI BABAD SAMAR SAMAR LEVEL 5.


padang bulia, nama desanya.

orang lahir buncing, diasingkan diareal pekuburan ... itu terjadi baru baru ini.

BUKAN RATUSAN TAHUN, BUKAN PULUHAN TAHUN, TAPI BARU BARU INI.

CATAT : DESA PADANG BULIA .

Karang buncing versi yang masih bisa dilihat, ditemui, sampai sekarang adalah

karang = areal
buncing = manak salah/letuh

jadi karang buncing = tempat /areal mengucilkan orang yang manak salah.

tolong cek karang memadu = tempat orang yang bersalah karena poligami.

anda nggak usah cek buku yang katanya, atau menurut perkiraan mereka., tinggal cek dilapangan tentang arti kata kata nama nama itu.

pasung = alat belenggu kaki, dari kayu untuk mengikat orang gila atau berbahaya agar tidak berkeliaran.(nggak usah cari kamus, cukup tanya aja anak kecil apa itu pasung)

giri = hutan (nggak usah cari profesor cukup mtanya aja ama orang yang agak tua )

gerigis = lerengan lerengan curam dihutan.

singkal = mata bajak

kopang = cangkul

nggak perlu cari profesor luar negeri, nggak perlu kamus,

pasek = paek = parekan = rakyat biasa tidak bisa ditemukan dalam prasasti raja raja?

lalu bagaimana bisa mengaitkan pasek sebagai = paek = parekan, bagaimana bisa paek atau dekat bila tidak tercantumkan dalam aktivitasnya ?

tentang trah raja raja yang anda klaim, menurut saya aneh saja treh raja memakai nama nama yang identik dengan hukuman, begitupun gelar gelar mentrinya,

....

dalam babad pasek kayu selem, disebutkan

.... setelah tiga turunan kembali menjadi kula wangsa, yang tidak taat pada gegaduhanya DIKUTUK MENJADI WANG TANI CINGKRANG, ... sedangkan mereka yang taat melaksanakan gagaduhan diatas disebut wang tani, dan setelah tiga turunan menjadi ARYA PASEK KAYUSELEM ...

point yang ingin saya sampaikan adalah :

walau kebenaran babad samar samar, disitu disebut beberapa kata :
- wong tani
- wong tani cingkrang

Pointnya adalah , HUKUMAN =>sebuah kutukan/hukuman menjadi wang tani cingkrang .....

wang tani dan alat tani tentu tak bisa dipisahkan, pastilah sebuah satu kesatuan, karena itu tolong penjelasan anda atas hal ini !






PKI dimana kuburan masalnya ? partai pemenang normor 5 diberantas sampai ke akar akarnya, pembantaian besar besaran di tahun 65 itu juga terjadi di bali. pelaku ada, pristiwa ada, tapi dimana kuburan massalnya ?

BILA ANDA BISA MENUNJUKKAN SEMUANYA, MAKA PERTANYAAN ANDA MUNGKIN SEDIKIT RELEVAN, BILA TIDAK, MAKA PERTANYAAN ANDA TENTANG KUBURAN MASAL RATUSAN TAHUN SILAM ITU JELAS JELAS SANGAT ABSURD ...

mereka melanjutkan ekspedisi, arya dhamar ke palembang, gajah mada kembali ke majapahit,

arya kenceng tabanan
arya kutawaringin gelgel
arya sentong pacung
arya belog kaba kaba

jumlah prajurit diperkirakan 60 ribu.


marga /klan/soroh

inggris,

baker = pembuat roti
smith =pande
taylor = penjahit

china

sima = menteri perang
wu = tabib

BALI

PASEK

PASEK SAPTA RSI, PASEK SANAK PITU/ PASEK GELGEL bersumber dari MPU GNI JAYA, disebut pasek gelgel karena salah seorang yang bergelar KYAI AGUNG PASEK GELGEL memegang tampuk pemerintahan jagat bali, lalu untuk selanjutnya bumi gelgel digunakan sebagai pusat pemerintahan dari adipati majapahit berikutnya, sehingga nama kerajaan majapahit bali disebut juga sebagai KERAJAAN GELGEL dan adipati/raja disebut DALEM GELGEL. selain keturunan kyai agung pasek gelgel yang memang memakai nama pasek gelgel, keturunan saudara saudaranya semua yaitu keturunan pasek sapta rsi disebut/digolongkan sebagai pasek gelgel karena dianggap termasuk kelompok/bagian dari orang orang yang memihak kerajaan gelgel.

Pennyebutan ini tidak bermaksud MERUBAH atau MELEBUR pasek sapta rsi kedalam pasek gelgel, tapi hanya untuk mepermudah membedakan antara pasek yang DIANGGAP MENDUKUNG GELGEL dengan PASEK BALI MULA/ dianggap lebih mendukung kerajaan bali kuno.

ARYA PASEK KAYUSELEM/PASEK BALI MULA/SANG CATUR SANAK , bersumber dari MPU SEMERU, beliau memberi wewenang kepada keturunan MPU KAMAREKA/MPU DYARKAH unuk menggunakan sebutan ARYA PASEK KAYUSELEM, kemudian bersama saudara saudaranya digolongkan sebagai pasek bali mula oleh kerajaan gelgel/bali/majapahit.

kesimpulan :

- yang memberi gelar/nama/sebutan pasek adalah ROHANIAWAN/PENDETA/SPIRITUALIS/RSI/MPU bukan POLITIKUS/BANGSAWAN/PEJABAT/ADIPATI/RAJA

- yang menerimagelar/nama/sebutan PASEK adalah, KETURUNANNYA dan atau YANG DIJADIKAN SEBAGAI KETURUNANNYA, bukan sebagai pengangkatan/pemberian jabatan dari atasan kepada bawahan, tuan kepada hamba dll

raja gelgel tidak memberi gelar/sebutan pasek, atau memberi wewenang penggunaan gelar/sebutan pasek, penggunaan nama/sebutan/gelar, sudah ada lebih awal. raja gelgel hanya mengkodifikasi, mengenali, dan mengelompokkan berdasarkan yang sudah ada.

saat menjadimenjabat sebagai mangkubhumi/amanchabhumi/bupati/raja/ SOROH PASEK SAPTA RSIMENGGUNAKAN BERBAGAI GELAR diantaranya :

KYAI AGUNG PASEK
KYAI PANGHERAN AGUNG PASEK
I GUSTI AGUNG PASEK ANGLURAH dll

akan tetapi untuk menyebut keturunannya/treh/soroh mereka TETAP HANYA MENGGUNAKAN nama/sebutan PASEK TANPA MENGIKUT IKUTKAN GELAR JABATAN DARI KERAJAAN berupa i gusti agung, kyai agung, kyai pangheran agung .

BILA PASEK SAPTA RSI MAU SOMBONG, MAKA PARA PASEK SEMUA AKAN BERNAMA

KYAI AGUNG PASEK WAYAN ... KYAI AGUNG PASEK MADE ...atau
I GUSTI AGUNG PASEK ANGLURAH WAYAN ... atau
KYAI PASEK AGUNG PANGHERAN WAYAN ...





semua yg anda ungkap di atas dri Babad ,, sy ulngi lagi ad 5 data acuan yg menjadi awal penulisan sejarah bali yaitu Prasasti, Purana, Piagem, Prakempa dan Babad ,, Prasasti dan Purana pegangan/ pedoman pura sedangkan Piagem Prakempa dan Babad pegangan klompok warga atau klen ,, BILA pgangan klompok wrg menyebutkan leluhurnya membangun pura Lempuyang tetapi dalam Purana Pura Lempuyang tidak tercantum namanya maka data itu NGAMBANG ,, begitupun bila tercantum namanya dalam purana tetapi tidak tercantum namanya dalam prasasti juga ngambang atau perlu di analisa kembali, yg kadang2 nama keluarga akan berganti setelah menjadi raja sesuai gelar yg diberikan oleh kerajaan ,, begitupun bila menjadi orang suci/ pendeta akan berganti pula sesuai gelar yg diberikan oleh guru nabe atau guru niskala ,, coba cek purana pura lempuyang jro ,, apakah ada nama pasek disana ??

Kalau babad dipaksakan maka akan terjadi pembalikan sejarah atau pengambilalihan pura seperti di lempuyang gamongan karangasem ,, uwug gumine ulian babad ,,
yg heran kenapa baru diketahui pasek kawitan ne di lempuyang ,, data subandi tidak runut alias kecag kecog
kalau Pasek = Pacek ,, yg mamacek gumine ,, mana buktinya ,, sedangkan yg macek desa namanya BENDESA ,, jadi pasek itu ada dua faksi yaitu pasek yg kiblat ke gelgel dan pasek ke bali mula ,, pasek yg kiblat bali mula pasek gaduh, celagi, tampuryang, kayu selem dll ,,

silahkan persepsi anda ttg karang buncing yg jelas data ada di piagem dukuh gamonga milik ida pedanda griya tegeh budakeling karangasem

tentang pasek 2 faksi coba cek buku ,,http://www.uhpress.hawaii.edu/p-2330-9780824824501.aspx

sy masih meragukan yg di utus ke jawa untuk mengangkat adipati di bali setelah wafatnya kebo iwa ,, karena ada dua versi yaitu kiayi agung pasek gelgel atau dukuh sakti ,, karena dukuh muncul era dalem waturenggong ,, karena di lapangan orang2 bali yg dijadikan kepala desa setelah dalem waturenggong 1550 ,,

tetntang kawitan harus nama orang/ nama leluhur yg pernah hidup dan mempunyi jasa untuk dikenang masa kini ,, siapakah yg mencatat dari ratusan tahun kelahiran keluarga satu dgn kluarga lain dlm satu klen??

jro , yang bagus , semua itu, jauh jauh sekali, baik babad , prasasti, ataupun prakempa, piagem semuanya adalah tulisan dari orang nun jauh dimasa lalu.

PRASASTI, BABAD, PIAGEM, ATAUPUN PURANA SEMUA MASIH BUTUH PENAFSIRAN.

PRASASTI ATAU APAPUN YANG TERTINNGAL SEKARANG LAYAK DIRAGUKAN KEASLIANYA. KENAPA ? KARENA DIJAMAN BELANDA SEMUA PRASASTI DIKUMPULKAN DAN DISITA SERTA DIHANCURKAN. YANG DIKEMBALIKAN MELALUI SELEKSI DAN ITUPUN TIDAK SEMUA MENDAPATKAN PRASATINYA KEMBALI, HANYA ORANG ORANG YANG DEKAT DENGAN KEKUASAAN MEMILIKI PRASASTI, BANYAK YANG DITUKAR .

Jadi sangatlah tepat kata saudara UUG GUMI ULIAN BABAD , lalu kenapa saudara MABAD ? BABAD = SEJARAH , prasasti , benda benda peninggalan kuno , manuskrip manuskrip kuno ADALAH FRAGMEN FRAGMEN KECIL YANG DIRANGKAI UNTUK DIRANGKAI MENJADI SUMBER SUMBER SEJARAH/SUMBER BABAD.

BABAD ADALAH BAHASA BALI DAN JAWA UNTUK KATA SEJARAH DALAM BAHASA INDONESIA. jro yang bagus, ANDA MENGGUNAKAN DALIL DALIL YANG ABSURD.

PERNYATAAN PERNYATAAN ANDA CENDERUNG KONTRADIKTIF DAN MAU MENANG SENDIRI. BILA GUMI UUG ULIAN BABAD/SEJARAH KENAPA ANDA MENCUIL CUIL BAGIAN BAGIAN YANG MENJADI PENYUSUNNYA ?

Saya buktikan lagi betapa kacau balaunya pernyataan pernyataan anda :

anda bilang sendiri:

1 ; nama kawitan harus nama orang bukan soroh seperti pasek pande dll
2. anda mengatakan bahwa pura lempuyang madya adalah pura kawitan, dan pasek mengklaimnya sebagai pura kawitannya.
==================================================
baiklah sekarang kita bahas :

pertama :

bila nama kawitan adalah nama orang, jelaslah nama orang yang akan disebut, bila anda tahu nama kawitan bukan nama soroh, MAKA DIMANA LETAK PIKIRAN WARAS ANDA SAAT MENANYAKAN / MEMINTA PENYEBUTAN NAMA SOROH SEBAGAI NAMA KAWITAN?

Kesimpulanya :

soroh pasek memiliki kawitan, dan ANDA TAHU SENDIRI seperti yang selalu anda katakan bahwa SOROH BEDA DENGAN KAWITAN. Jadi, bila ingin mencari kawitan pasek, MAKA HARUS MENCARI ORANG YANG MENJADI CIKAL BAKAL YANG MENURUNKAN KETURUNAN TERSEBUT. Bukan malah melingkar lingkar diujung bawah/ keturunannya saja. asal di depan bukan di belakang.

BILA MENCARI YANG DIDEPAN DIBELAKANG, SAMPAI KIAMATPUN TAK AKAN KETEMU, hanya orang bodoh yang melakukan perbuatan sia sia Dan hanya PENIPU BERUSAHA MENYESATKAN ORANG ORANG.

Leluhur PASEK = MPU GNI JAYA, kalau cari leluhur pasek cari
Mpu gni jaya jangan cari pasek, kalau cari keturunan mpu gni jaya cari pasek jangan mpu gni jaya.

anda mengerti khan jero bagus apa maksud saya ?

kedua :

DAN YANG TERPENTING KENAPA SAYA ATAU ORANG LAIN HARUS MEMPERHATIKAN PIAGEM DAN HARUS MENDAPAT JAWABAN BERUPA DALIL DALIL DARI SEBUAH PIAGEM SEMENTARA SETIAP KETERANGAN DARI ORANG LAIN/SAYA ANDA BILANG "AHHH ... ITU KAN BABAD"?

bila babad tidak bisa diterima disini maka baik piagem prakempa maupun prasasti juga tidak bisa digunakan sebagai acuan baku. Prasasti adalah tulisan pada benda benda keras seperti lempengan batu dan logam SIAPAPUN BISA MEMBUATNYA, WALAU MENGATAS NAMAKAN RAJA/MENGAKU PENGUASA KITA TIDAK BENAR BENAR PERNAH MELIHATNYA KENBENARANYA kan ?

(Ini bukti bahwa anda hanya mau mengambil keuntungan sepihak, tentu kemudian akan muncul berbagai spekulasi dugaan dugaan tentang motivasi tulisan tulisan anda)





berikutnya

Pasek = pacek mana buktinya ? sedangkan yang macek desa adalah Bendesa .

Bendesa = banda desa = pengikat desa = pemersatu desa desa

pasek = pacek ,

pasek sorohnya bendesa tugasnya, seperti arya wang bang pinatih sorohnya gusti ngurah tugasnya, arya kresna kepakisan sorohnya, dalem tugasnya, Seperti arya wang bang pinatih yang banyak disebut sebagai soroh gusti karena tugasnya, banyak pula yang hanya disebut sebagai treh arya wang bang pinatih saja karena tidak memakai nama.

pasek dan bendesa satu turunan, pasek dijadikan bendesa di jaman sri kresna kepakisan, yaitu setelah berhasil mendamaikan pemberontakan bali mula.

itu bukti di masyarakat, yang ada dan bisa dilacak, dengan bertanya. bila tak puas bisa cari di berbagai babad /sejarah karena itu adalah peristiwa sejarah.

sekarang tentang pertanyaan saya pada anda bagaimana ? ditambah dengan satu pertanyaan baru "siapa sebenarnya yang tengah berusaha membuat sejarah baru ?

jawab dulu pertanyaan saya tentang

karang =...
buncing =...

pasung =....

singkal = ...
kopang =...

dan kenapa ?

pki dimana kuburan massalnya ?
satu catatan :yang paling tahu keadaan sebuah rumah tentu saja penghuninya, yang paling tahu tentang bali pastilah orang orangnya, bukan orang lain, atau orang yang menggunakan kacamata orang lain.

Pasek bukan tidak tahu, tapi kalianlah yang membawa sejarah baru, mengklaim MPU GNI JAYA BUKAN MPU GNI JAYA. dengan dalil pelat pelit, melilit tapi kelihatan penuh tipu tipu licik.

CONTOHNYA ADALAH BENDESA GARBAWANA

GARBA = PERUT = BASANG
WANA = HUTAN = ALAS

GARBAWANA ADALAH BASANGALAS SEKARANG DAN BENDESANYA ADALAH SEORANG TURUNAN PASEK GELGEL JELAS JELAS MEREKA BUKAN TURUNAN ANDA. .lalu pertanyaannya bendesa yang dari turunan/trehan anda disebelah mana rumahnya ?

dan bila anda katakan bendesa bendesa ababi , garbawana, seraya, bugbug dll adalah trehan karang buncing, maka apa masalahnya? berarti mereka merebut puranya sendiri, nah bila para bendesa ini kompak merebut pura yangt anda klaim sebagai pura karang buncing, dan mereka adalah trehan karang buncing menurut piagem anda, lalu apa masalahnya ? mereka mengambil haknya berdasarkan piagem itu kan ?

lalu pertanyaannya , anda itu siapa sebenarnya ? apa yang anda ributkan ? siapa ngae uug disaini ?

Saya warga Pasek Tohjiwa. Leluhur saya I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa, ksatriya besar Jaman Kerajaan Gelgel. Di atas Beliau adalah para Empu, Brahmana2. Untuk mengetahui sejarah Pasek bisa dicari di google: Babad Pasek. Atau kalau mempunyai kekuatan spiritual lebih, bisa dicek secara niskala siapa sejatinya leluhur warga Pasek. Hari Om Tat Sat

Saya warga Pasek Tohjiwa. Leluhur saya I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa, ksatriya besar Jaman Kerajaan Gelgel. Di atas Beliau adalah para Empu, Brahmana2. Untuk mengetahui sejarah Pasek bisa dicari di google: Babad Pasek. Atau kalau mempunyai kekuatan spiritual lebih, bisa dicek secara niskala siapa sejatinya leluhur warga Pasek. Hari Om Tat Sat

jrosareng sami ,, tidak benar prsasti2 raja bali kuno berada di belanda ,, prasasi sangat singit , tidak sembarang orang bisa menurunkan prasasti itu ,, berani menyerahkan prasasti tembaga sama dengan nyerah urip ,, kalau babad purana piagem yg bukan aturan resmi yg keluar pada zamannya berbahan LONTAR yg cepat makan rayap ,, jika prasasti behan tembaga sangat mahal dan sulit dibandingkan daun lontar ,, silahkan kumpulan dumun antara prasasti, purana, piagem prakempa dan babad lalu bandingkan dan cocok kan di lapangan ,,

ttg lempuyang kalau memang pasek yg membangun kenapa baru di ambil alih kan mestinya turn temurun pasek tinggal di gamongan ,, secar logika pengemong dan pengempon pasti hidup di lingkungan terdekat dgn pura ,, lempuyang yg dulunya di MONG oleh desa gamongan dan kini di ambl alih oleh desa purwayu ,,

inget ,, pasek ada dua faksi ,, pasek yg loyal dgn kerajaan gelgel dan pasek yg loyal dgn bali mula ,, pasek = paek = parek = masyarakat ,,
coba cek buku niki proyek RI dan Australia

http://www.uhpress.hawaii.edu/p-2330-9780824824501.aspx

Pada intinya pemujaan leluhur (kawitan) semestinya nama orang atau nama leluhur yang dijadikan pedoman untuk disucikan di pura kelompok warga. Tentu nama leluhur yang pernah hidup pada zaman dahulu dan mempunyai jasa untuk dikenang pada masa kini. Perubahan catur warna menjadi catur wangsa membawa dampak kebingungan bagi warga Bali Mula di dalam menentukan nama leluhur yang akan dijadikan patokan untuk disucikan. Sistem catur warna yang menjadi pegangan warga Bali Mula lahir berdasarkan guna karma, tugas dan pekerjaan yang pernah di emban oleh leluhur pada zaman dahulu, sedangkan catur wangsa muncul pada era Majapahit ditentukan berdasarkan kelahiran dari kelompok warga tertentu.
Beberapa acuan yang dijadikan pedoman oleh orang-orang Bali Mula untuk menentukan nama pura kawitan pada masa kini antara lain,
1) Nama kawitan berasal dari nama leluhur yang disucikan, misalnya, Pura Kawitan Sri Karang Buncing, Pura Kawitan Dalem Tarukan, Pura Kawitan Kresna Kepakisan dan lain-lain yang tercatat kisah perjalanan hidupnya.

2) Nama kawitan berasal dari nama kelompok pekerjaan/ jabatan yang pernah diemban oleh leluhur pada masa lalu, namun kurang jelas siapa nama leluhur sebenarnya, misalnya, pasek, pande, penyarikan, dukuh, kubayan, bendesa, si, juru bahu, samgat, senapati dan lainnya.

3) Nama kawitan berasal dari nama sekte yang dianut oleh leluhur di masa lalu misalnya, Bujangga Waisnawa, Pendeta Siwa, Pendeta Budha, Pitamaha (pendeta sekte Brahma) dan lainnya.

4) Nama kawitan berasal dari aguron-guron misalnya, warga Pasek berguru nabe pada pendeta Dukuh, setelah dwijati diberi gelar Dukuh, yang semestinya warga Pasek bergelar Sri Mpu, lama kelamaan keturunannya menyebut diri warga Dukuh. Atau pragusti berguru nabe pada Ida Pedanda setelah dwijati menyandang dua gelar yaitu Ida Pedanda Rsi Bhagawan.

5) Nama kawitan berasal dari anugrah penguasa, misalnya, Pura Dukuh di Banjar Perarudan, Jimbaran, Kuta Selatan awalnya paibon Sri Batu Putih (Dalem Putih Jimbaran) dengan putranya Dalem Petak Jingga. Karena ekpansi para Arya Majapahit, Pura Dukuh ditinggal pergi oleh keluarga Dalem. Dan Pasek dari Desa Kusamba yang mengungsi di Desa Jimbaran diberikan mandat oleh penguasa selanjutnya untuk menjadi pemangku di Pura Dukuh tersebut. Akhirnya lama kelamaan keturunannya menyebut diri warga Dukuh sesuai nama pura yang diempon.

6) Nama kawitan berasal dari hubungan abstrak tanah ayah-ayahan desa yang ditempati sekarang berasal dari wilayah/pura tertentu yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi atau sebagai pemilik awal sebelumnya. Dari hubungan abstrak pemilik awal tanah yang ditempati sekarang ini diyakini mempunyai hubungan satu genealogis dengan pangamong pura yang lebih tinggi itu.

7) Nama kawitan berasal dari nama asal desa sebelum menempati tanah sekarang misalnya, soroh sidakarya adalah nama tempat di Denpasar, soroh beng adalah nama tempat di Desa Sanur, soroh pajeng nama Desa Pejeng dan lain-lain.

elingan ,,!! pura lempyang ada bhisama atau kutukan ,, sapa sira ugi ngentosan sri rigis ring lempuyang muang sri karng buncing ring blahbatuh moga kapastu sesuai lontar Pura Puseh Gaduh Blahbatuh berbunyi ,,

mwah yan hana kang sumende, amukti ring Lempuyang, ring Balahbatu, mwah yan hana ngentosin, santanane sira Arya Rigis, mwah sira AryaKarang Buncing, moga kapastu dening batara Gde malinggih ring Lempuyang, moga kapastu dening batara kabeh sajumeneng ring Gunung Saptaning Bali, maka mwah batara Surya Candra, Batari Ulan, Lintang Tranggana, mwah Batara Gde malinggih ring . . .
. . . Gaduh, mwah batara Gde malinggih ring Karang Buncing, wastu gring tan waras, pejah tan pejah, nginum tan nginum, sakolo putrakanya tan hana manggih rahayu, mwah ta sira Arya Rigis, mwah ta sira Arya Karang Buncing, iki ta sumende sira Pasung Giri sira Jaya Katong, ki sira Arya Rigis, amukti ring Lempuyang maka miwah wenang amongmong batara ring Lempuyang, maka uloning bumi, maka siwaning bumi kasisya dening Hyang . . .
. . . Gnijaya sanagareng Bali, unggwaning suka lawan duka, pati lawan urip, swarga lawan papa, sekala niskala, amerta lawan dagdi, sama lawan arine, sira Arya Karang Buncing, amukti ring Balahbatu, sama wirasane, iki amongmong gelung agunge ring Bali, ki batara Gde ring Gaduh miwah ta kori agung, kamong mong denira Arya Karang Buncing, pangeka mukti, kawarahnugraha denira batara ring Lempuyang, maka miwah batara ring Gaduh, . . .
. . . . minaka Gagaduhan jagat kabeh, awanana Lempuyang maka siwan bumi, awanana Gaduh, maka tunggul i bumi, ,, dst,,

yg dulunya pura lempuyang pertapaan raja sri jay sakti (sri gnijaya sakti) merupakan kahyangan jagat sejak,, th 2003 berubah status menjad pura kawitan pasek ,,sang MPU pemimpin plaspas pura baru seda di tempat parkir ,, sang pionir prof IHDN masuk bui ,, pak bupati pemberi SK pengambilaalihan masuk bui krn kasus cewek ,, anak putra satu2 penggerak masa tews kecelakaan ,, beberapa orang yg ikut pengambilalihan ngaturan guru piduka ke gamongan karen terus dicari nak gede2 lalu dipeluas orin ngatur piduka ,, yg nunas tira tunggang untuk ngaben banyak yg nunas ulang di tirta tunggang gamongan padahal di samping telaga sawang dibangun baru gedong tirta telaga sawang ,, dan sebagaainya ,,, siapa menyusul ,,,

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More